>
Nama : Baginda Sultan Maulana, Alamat : Jalan Sultan Alauddin II/No. 6 Makassar-Indonesia 90221, HP : 081 342 587 xxx
DILARANG MEROKOK RUANG BLOG INI BER-AC

Senin, 26 April 2010

Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Dalam Pendidikan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan adalah proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat di sepanjang kehidupannya, dan mencakup dalam segala bidang. Tugas ini terutama dilimpahkan kepada manusia pada tingkatan yang berbeda. Jadi pendidikan berarti suatu peoses pengembangan dan penuntunan kecerdasan manusia untuk mencapai kematangan dan derajat yang dicita-citakan. Untuk tujuan tersebut, maka diutuslah serangkaian Nabi dan Rasul. Para nabi, Rasul dan kitab-kitab suci itu hadir untuk mendidik manusia dengan cara sistematis yang seimbang, mencakup seluruh aspek kemanusiaan.

Pendidikan Islam mengarah pada pengembangan bakat manusia dan membangkitkan nilai-nilai kebijakan yang mulia dalam dirinya. Tujuan ini merupakan pondasi utama tempat dibangunnya kepribadian manusia, masyarakat dan peradaban Islam, oleh karena itu dalam pandangan Islam, seperangkat sistem pendidikan yang konstruktif dan perwujudannya melalui orang tua, guru, lembaga pendidikan dan para pembaharu sosial memiliki arti yang sangat penting. Dimana seperangkat sistem pendidikan tersebut dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan Islam

Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab keluarga, sekolah dan masyarakat. Orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga karena pada hakekatnya para orang tualah yang mempunyai harapan-harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik. Dari didikan orang tua itulah sehingga seorang anak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.

Kepribadian yang baik kuat serta sikap mental yang sehat dan memiliki akhlak yang terpuji yang kesemuanya itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik formal, informal maupun non-formal. Karena pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh seorang anak penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya, kesemuanya itu akan menentukan pembinaan dan akhlak.

Jadi pendidikan dan cara pembentukan pribadi seseorang pada dasarnya terbagi dalam tiga kelompok yaitu: pengenalan anak terhadap keluarga (orang tua), pergaulan dalam pendidikan formal dan pergaulan anak terhadap lingkungan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pengaruh dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut:

1. Pergaulan anak terhadap keluarga

Pergaulan yang utama dalam keluarga adalah orang tua, karena orang tua adalah pusat kegiatan rohani si anak dan sebagai penyebab perkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari, dipengaruhi oleh sikap orang tuanya di permulaan hidup dahulu.

Nabi Saw bersabda:

Artinya: “Setiap manusia itu dilahirkan di atas fitrahnya dan orang tuanyalah yang menjadikan ia Majuzi, Nasrani atau Yahudi (Rawahul sahih Muslim)”.

Jadi pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk mental, mempunyai arti yang sangat besar bagi anak. Perkataan dan perbuatan orang tua mempunyai faktor penentu dalam pembentukan pribadi anak.

2. Pergaulan anak dalam pendidikan formal (sekolah)

Perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya beralih ke pendidikan formal dalam arti di sekolah anak dibina dan ditempa pribadinya. Pada hakekatnya beban dan tanggung jawab terpikul oleh orang tua. Maka dengan demikian, orang tua mempunyai hak untuk menentukan ke mana arah anak harus melangkah. Tetapi sebagai orang tua harus tahu kecenderungan itu akan menjadi suatu keahlian atas profesi apabila itu disalurkan terutama lewat pendidikan.

Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya. Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak. untuk mempersiapkan anak agar anak hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang modern yang lebih tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak tidak cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran di keluarga saja. Maka dari itu, masyarakat atau negara mendirikan sekolah.

3. Pergaulan anak pada lingkungan masyarakat

Lingkungan merupakan tempat pergaulan anak dimana lingkungan itu akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan secara individual. Jika lingkungan baik, maka akan berdampak positif pada anak dan jika lingkungan keras dan kotor, akan membawa dampak negatif pada anak. Tetapi kesemuanya itu tergantung pada orang tua bagaimana perhatiannya terhadap anaknya. Hal tersebut relevan dengan teori empirisme bahwa perkembangan individu itu akan dipengaruhi oleh lingkungannya.

B. Peranan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan Islam

Pada dasarnya pendidikan agama pada anak serta pembentukan dan penanaman akhlak tidak terlepas dari tri pusat pendidikan, yaitu pendidikan keluarga, sekolah dan masyarkat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan saling menopang kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dengan kata lain, perbuatan mendidik oleh orang tua terhadap anak, juga dilakukan oleh sekolah dengan memperkuatnya, serta dikontrol oleh masyarakat sebagai lingkungan sosial anak.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan menguraikan peranan dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut di atas, sebagai berikut :

1. Peranan Keluarga (orang tua) dalam Pendidikan Islam

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan yang terdapat dalam kehidupan keluarga.

Seorang anak sejak kecil kita harus mendidiknya dengan pendidikan agama. Sejak anak dalam kandungan, setelah ia lahir hingga dewasa masih perlu dibimbing. Menurut hasil penelitian ilmu pengetahuan modern mengatakan bahwa yang dominan membentuk jiwa manusia adalah lingkungan. Lingkungan pertama yang dialami oleh sang anak adalah asuhan ibu dan ayah.

Disamping itu, pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja melainkan dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka ataukah bahagia di dunia dan di akhirat.

Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alamiah membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.

Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan penting dan berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah selalu di sampingnya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik.

2. Peranan lingkungan Sekolah/Madrasah dalam Pendidikan Islam

Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluaga, yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.

Usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dengan masyarakat yang tidak mampu atau mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan masing-masing, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh orang tua anak. Namun tanggung jawab utama pendidikan khususnya pendidikan Islam tetap berada di tangan kedua orang tua. Sekolah hanyalah meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh pendidikan keluarga sebagai pendidikan informal.

Sekolah (guru-guru) lebih bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (Kognitif) serta pendidikan keterampilan (psikomotor) yang berhubungan dengan kebutuhan anak didik di dalam masyarakat nanti dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat nanti. Tentu saja dalam hal itu tidak berarti bahwa guru boleh mengabaikan begitu saja pendidikan untuk anak didiknya. Sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab atas hasil pelajaran yang telah diberikan kepada anak didik, yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. Sedangkan etika/sikap (afektif) yang diberikan di sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.

3. Peranan masyarakat dalam Pendidikan Islam

Pendidikan masyarakat biasa disebut dengan pendidikan non-formal, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapi tidak sistimatis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Masyarakat adalah sekumpulan orang banyak dengan berbagai ragam kualitas diri, mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya. Disamping itu, masyarakat juga termasuk pemakai dari para angotanya. Demikian pula halnya dengan masyarakat bangsa Indonesia. Makin baik pendidikan anggotanya, makin baik pula masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota masyarakat yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, kelompok kelas dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara.

Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikut sertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. hal itu berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Sebab tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab itu ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.

Sekalipun Islam menekankan tanggung jawab perseorangan dan pribadi bagi manusia dan menganggapnya sebagai asas, ia tidaklah mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat sebagai masyarakat solidaritas, berpadu dan bekerjasama membina dan mempertahankan kebaikan. Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya yang khas, perasaan, pikiran, keputusan dan maksudnya sehingga mencakup masyarakat tempat ia hidup dan dalam sekitar yang mengelilinginya. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain. Terutama jika orang lain itu termasuk orang yang berada di bawah pemerintah dan pengawasannya seperti sitri, anak dan lain-lain.

Dengan demikian, tanggung jawab dalam pedidikan Islam bukan hanya dipikul oleh keluarga dan sekolah, akan tetapi dipundak masyarakat terdapat keikutsertaan dalam usaha membina serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan pendidikan anak.

BAB III

P E N U T U P

Kesimpulan

1. Pendidikan agama pada anak tidak terlepas tanggunga jawab dari keluarga, sekolah dan masyarkat baik secara langsung maupun tidak langsung karena dalam pandangan Islam, seperangkat sistem pendidikan yang konstruktif dan perwujudannya melalui orang tua, guru, lembaga pendidikan dan para pembaharu sosial memiliki arti yang sangat penting serta pengaruh yang cukup besar terhadap pendidikan khususnya pendidikan Islam, dimana ketiga lingkungan tersebut dikenal istilah tri pusat pendidikan Islam.

2. Pendidikan agama Islam akan berhasil apabila terwujud hubungan serta kerjasama antara keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan saling menopang kegiatan mendidik karena ketiganya masisng-masing memiliki peranan dalam membina dan mendidik anak-anak (anggotanya), meskipun keluarga merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh lebih besar dari pada di sekolah dan di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alang, Sattu, Prof. DR. H. M., Kesehatan Mental dan Terapi Islam, Cet. I.; Makassar: PPIM IAIN Alauddin, 2001

Arifin M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan sekolah dan Keluarga, Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1977

Daradjat, Zakiah., Ilmu Pendidikan Islam,Cet. IV; Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2000

---------------., Jiwa Agama, Cet. VII; Jakarta: Bulan-Bintang, 1979

Hisbullah, Dasar-dasar Pendidikan, Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001

Ihsan, Fuad., Dasar-dasar Kependidikan , Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Kurniawan, Yudi,. Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Cet. III; Jakarta: CV. Firdaus, 1993

Purwanto, M. Ngalim, MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Cet. XIII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 124

Sarwono, Sarlito Wiraman., Pengantar Umum Psikologi, Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1982, h. 96

0 komentar:

rkkautsar's blog
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template